LITURGI GEREJA KATOLIK: UNTUK SEKOLAH MENENGAH AGAMA KATOLIK KELAS XII. Oleh: Marianus Teti, S.Pd., M.Th

 

BAB I

TAHUN LITURGI


 

 1.1 Tujuan Pembelajaran

1.    Peserta didik mampu menjekaskan Makna Tahun Liturgi

2.      Peserta didik mampu menjekaskan perbedaan antara Kalender Liturgi dan Kalender Umum

3.      Peserta didik mampu menjekaskan secara ringkas sejarah tahun liturgy

4.      Peserta didik mampu menjekaskan pembagian tata waktu liturgy menurut Konsili Vatikan II

5.      Peserta didik mampu menjekaskan Teologi Tahun Liturgi

 

1.2 Makna Tahun Liturgi

 

Istilah kalender berasal dari bahasa Latin "calendae", yang merupakan bentukan dari kata kerja "calare" yang berarti mengundang berkumpul. Kata kalender sebenarnya mau menunjuk hari pertama dari bulan. Tiap agama, dan hampir tiap bangsa di dunia ini, bahkan ada beberapa suku dalam suatu negara (misalnya Jawa di Indonesia), mempunyai cara perhitungan bulan dan tahun sendiri. Contoh ada tahun Islam, tahun Cina, tahun Jawa/Saka, tahun liturgi, tahun Masehi, dan sebagainya.

 

Kalender umum lahir dari hasil proses penyelidikan berdasar ilmu perbintangan (astronomi), diatur berdasarkan dua tipe, yaitu peredaran matahari (kalender solar dan peredaran bulan (kalender lunar), namun secara internasional diatur berdasar peredaran bumi mengitari matahari. Kalender ini awalnya dibuat oleh Yulius Caesar (tahun 46 SM), kemudian diperbarui oleh Paus Gregorius XIII melalui bulla Inter Gravissimas (tahun 1582), dan akhirnya diakui oleh masyarakat internasional (umum/universal) untuk keperluan umum.

 

Gereja memiliki kalender tersendiri yang biasa disebut tahun atau kalender liturgi.

Ø  Pengaturan hari, bulan, dan tanggal tahun/kalender liturgi mengikuti hari, bulan, dan tanggal kalender/tahun Masehi atau kalender/tahun umum.

Ø  Hari tanggal, bulan, dan tahun Masehi itu digunakan sebagai patokan untuk menentukan hari-hari raya, hari pesta, dan hari-hari biasa bagi umat Katolik, yang dinyatakan dalam bacaan-bacaan yang dipilih untuk perayaan Ekaristi.

 

 

1. Arti/Makna Tahun Liturgi

 

Sistem penanggalan liturgi ditetapkan dan dipakai oleh Gereja untuk keperluan liturgi melalui Konsili Vatikan II (1962-1965) di dalam dokumen Sacrosanctum Concilium (Konstitusi ttg Liturgi suci) dan dimaknai sebagai:

 

  1. Kerangka waktu yang di dalamnya Gereja merayakan seluruh misteri Kristus mulai dari penjelmaan dan kelahiran-Nya di dunia sampai kenaikan-Nya ke surga, sejak turunnya Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta sampai pada penantian penuh harapan dan sukacita kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya (bdk. SC art. 102). Demikianlah setiap kali kita merayakan liturgi, entah kapan dan dengan ujud atau tema apa pun, kita sebenarnya merayakan dan menghadirkan seluruh misteri Kristus itu.

 

  1. Siklus perayaan karya penyelamatan Allah (kenangan agung akan tindakan tindakan penyelamatan Allah) dalam Kristus "dalam kurun waktu satu tahun/sepanjang tahun" (definisi menurut Norma Umum Tahun Liturgi dan Penanggalan [NUTLJ dalam Misale Romawi 2002. No. 16).

 

  1. Sistem penanggalan liturgi yang ditetapkan oleh Gereja, untuk membantu umat makin dekat dengan Kitab Suci dan secara langsung, mengenal dan hidup dalam Gereja itu sendiri (bdk, SC art. 102 dan 105).

 

  1. Siklus masa liturgi dalam Gereja yang menentukan kapan hari-hari orang kudus, hari-hari peringatan, dan hari-hari besar harus dirayakan, serta bagian mana dari Kitab Suci yang diasosiasikan dengan hari-hari raya tersebut biasa disebut juga tahun kristiani.

 

Tahun liturgi Gereja memiliki makna simbolis yang amat mendalam dan kaya, yakni:

a. melambangkan misteri sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam misteri Paskah Yesus Kristus,  

b. menjelaskan dan menguraikan misteri Yesus Kristus.

 

2. Sejarah Kalender atau Tahun Liturgi

 

Kalender/tahun liturgi lahir dari berbagai proses adaptasi dan inkulturasi yang begitu panjang sejak zaman Gereja perdana, terutama adaptasi dan inkulturasi dari berbagai perayaan hari raya dan pesta Yahudi, dan diberi isi kristiani; devosi kepada orang-orang kudus; dan juga macam-macam olah kesalehan umat.

Tahun liturgi kristiani sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, memiliki dua akar pokok yang berasal dari tradisi Yahudi, yaitu lingkaran perayaan liturgi mingguan: siklus tujuh hari menurut pola hari Sabat Yahud dan lingkaran perayaan liturgi tahunan: perayaan hari-hari raya kristiani menurut pola-pola hari raya Yahudi dan pesta

 

Secara garis besar, sejarah kalender/tahun liturgi adalah sebagai berikut: a. Pada abad II muncul praktik perayaan Paskah tahunan dan Pentakosta 50 hari setelahnya. Penghormatan terhadap para martir, orang-orang yang sudah meninggal, dan beberapa bentuk penghormatan kepada Santa Maria juga sudah mulai dipraktikkan.

 

b. Pada abad III dan IV, perayaan Paskah dan peringatan para martir masuk dalam ritus masa liturgi.

 

Pada abad IV, ada tiga perkembangan perayaan tahunan. Pertama, terjadi kristenisasi hari raya kafir: pesta dewa matahari yang tak terkalahkan pada tanggal 25 Desember di Gereja Barat, menjadi Hari Raya Natal kelahiran Tuhan Yesus Kristus; dan pesta kelahiran dewa Aion (dew waktu dan kekekalan) pada tanggal 6 Januari di Gereja Timur, menjad Hari Raya Penampakan Tuhan. Kedua, pengembangan tematis perayaan Paskah tahunan ke dalam Tri Hari Suci dan Pekan Suci. Demikian pula masa waktu antara Hari Raya Paskah hingga Pentakosta ada penambahan perayaan Oktaf Paskah dan Hari Raya Kenaikan Tuhan. Ketiga, munculnya masa persiapan 40 hari bagi para katekumen yang akan menerima baptisan dengan melakukan tobat dan laku tobat.

 

d. Pada abad V sampai VII terjadi pembentukan liturgi Romawi kuno, antara lain dengan munculnya Masa Adven dan berbagai pesta lain.

e. Pada abad XXX, adanya gerakan pembaruan liturgi yang sudah dipersiapka lama sebelumnya. Pius XII mengembalikan perayaan Paskah sebagai pusat tahun liturgi.

 

£ Sejak Konsili Vatikan II, Gereja mengolah, mengatur, dan menyusun kembal seluruh perayaan liturgi sepanjang tahun dalam konsepsi kesatuan: tahun liturgi Gereja. (Pengantar untuk Studi Praksis Liturgi, Emanuel Martasudijita, Pr, hlm. 180)

3. Pembagian Tata Waktu (Siklus Waktu) Liturgi

 

Gereja (Konsili Vatikan II) melalui Sacrosanctum Concilium membagi atau menata tahun liturgi menjadi dua siklus atau lingkaran, yaitu siklus atau lingkaran tahunan dan siklus atau lingkaran mingguan melalui proses adaptasi dan inkulturasi yang begitu panjang sejak Gereja perdana. Adaptasi dan inkulturasi itu terutama dari berbagai perayan hari raya dan pesta Yahudi, yaitu lingkaran perayaan liturgi mingguan: siklus tujuh hari menurut pola hari Sabat Yahudi, dan lingkaran perayaan liturgi tahunan hari Minggu (kebiasaan jemaat Gereja perdana merayakan Paskah kebangkitan Tuhan pada hari Minggu yang diyakini sebagai hari kebangkitan Kristus), perayaan-perayaan tradisi setempat yang diberi isi kristiani (misalnya: Natal), devosi kepada orang-orang kudus, dan juga macam-macam olah kesalehan umat. Hasil adaptasi dan inkulturasi itu kemudian diterima dan dijadikan bagian dari liturgi Gereja dalam sebuah penanggalan yang sistematis dalam rupa berbagai hari raya serta pesta Tuhan sesuai dengan tingkatannya, yaitu hari raya; hari pesta; hari peringatan para kudus, baik peringatan wajib maupun peringatan fakultatif, dan hari biasa (bdk. SC art. 104).

 

Oleh karena itu, perayaan hari-hari raya dan pesta kristiani dikatakan mempunyai akar pada hari raya Yahudi, namun dengan inti perayaan yang jauh berbeda karena dalam dua pola tahun liturgi itu, Gereja merayakan karya keselamatan Allah yang terlaksana di dalam, melalui, dan berpuncak pada Kristus (merayakan misteri Kristus).

 

Gereja membagi dan menata tahun liturgi mengikuti dan menggunakan tata waktu tahun umum/Masehi. Namun Gereja menetapkan tahun liturgi dibuka dengan Minggu Adven I (tahun baru liturgi) bukan 1 Januari, memuncak dalam Paskah, dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (bukan 31 Desember).

 

4. Teologi Tahun Liturgi

 Makna simbolis tahun liturgi yang digunakan oleh Gereja, yaitu:

 Misteri sebagai Pusat dan Jantung Tahun Liturgi Inti acara tahun liturgi ialah perayaan misteri wafat dan kebangkitan Yesus Kristus yang dirayakan pada Tri Hari Paskah. Misteri Paskah menjadi inti acara atau pusat dan jantung tahun liturgi karena perayaan liturgi yang dirayakan selalu merupakan perayaan kenangan penuh syukur atas karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam wafat dan kebangkitan Kritu Pernyataan misteri Paskah sebagai jantung tahun liturgi mau aspek pentingnya misteri Paskah sebagai pusat seluruh tahun liturgi menunjuk

  1. Tahun Liturgi Menghadirkan Seluruh Misteri Kristus Tahun liturgi selalu menghadirkan seluruh misteri Kristus. Misteri Krist ini dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan perjalanan satu tahun litrugi, Gereja memaparkan seluruh misteri Kristu, "...dari Penjelmaan serta kelahiran-Nya hingga kenaikan-Nya, sampai har Pentakosta, dan sampai penantian kedatangan Tuhan yang bahagia da penuh harapan" (SC art. 102). Oleh karena itu, tahun liturgi yang dibuka pada Minggu Adven 1, dilanjutkan Natal, berpuncak dalam peraya Paskah, dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja yang mengarahka Gereja pada zaman penyelesaian akhir karya keselamatan Allah, memilik garis dan kerangka yang tetap ialah pada Misteri Yesus Kristus. (b Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, Emanuel Martasudjita, P hlm. 182-183)

 

5. Tujuan Tahun/Kalender Liturgi

 

Melalui tahun/kalender liturgi, kita (umat) diajak (dibina/dibantu) untuk

  1. menghadirkan seluruh misteri Kristus sebagai satu kesatuan, mulai dan kedatangan-Nya yang pertama, hidup dan karya-Nya, sengsara-wafat da kebangkitan-Nya, sampai kedatangan-Nya yang kedua;
  2. menjabarkan misteri Kristus dalam rentang waktu satu tahun;
  3. menghadirkan seluruh sejarah keselamatan Allah yang berpuncak pada misteri Paskah Kristus (misteri Paskah merupakan pusat dan jantung has tahun liturgi);
  4.  menghayati dan mengalami kembali peristiwa-peristiwa besar dari hid Yesus (misteri-misteri Kristus) dalam setiap perayaan liturgi secara bail dan benar melalui sikap, doa, dan meditasi (bdk. SC art. 105);
  5. menemukan isi iman dan nilai hidup kristiani di tengah tantangan zaman ini, sehingga umat dapat lebih menghayati karya Allah di dalam hidupma sehari-hari setelah memahami tahun liturgi masa-masa dan perayaan perayaan di dalamnya;
  6. berpartisipasi aktif dalam setiap perayaan liturgi agar memperoleh buah buah rohani;
  7. mengenal Kitab Suci, karena ketika umat mengikuti misa setiap hari selam tiga tahun berturut-turut, umat telah membaca/mendengarkan hampi seluruh isi Alkitab.

 

h. menyucikan/menguduskan hari yang dijalani melalui perayaan liturg dengan cara mengajak umat untuk membawa hari-hari yang dijalani k dalam misteri karya keselamatan Allah.

Materi

 

1.3    Struktur Dan Lingkaran Bacaan Liturgi

1.4    Tujuan Pembelajaran

1.      Peserta didik mampu Menjelaskan tentang struktur tahun liturgi.

2.      Peserta didik mampu Menentukan lingkaran bacaan liturgi hari Minggu tahun tertentu.

3.      Peserta didik mampu Memberikan alasan hari Minggu Paskah disebut Hari Raya dari segala Hari Raya (solemnity of solemnities, summa sollemnitas).

4.      Peserta didik mampu Menentukan tingkatan dari suatu perayaan liturgi

 

Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa awal mula struktur tahun liturgi berdasarkan kenyataan bahwa misteri Paskah Kristus adalah sumber dan pusat yang diperingati setiap minggu sejak zaman para rasul. Perlahan lahan perayaan Paskah tahunan disemarakkan dengan masa dalam bentuk pantang dan puasa selama 40 hari, terhitung sejak Rabu Abu Kegembiraan Paskah diteruskan selama Masa Paskah sampai Pentakosta. Hal yang sama terjadi pula dengan Perayaan Natal, yang disemarakkan oleh mas persiapan selama empat minggu sebagai Masa Adven, kemudian perayaan Natal dirayakan lebih lanjut dengan berbagai misteri penting hingga Pesta Pembaptisan Tuhan. Jadi, dua masa ini merupakan tiang agung bagi tahun liturgi. Selanjutnya, 33 atau 34 minggu dan pekan disebut "Masa Biasa" terhitung sejak hari sesudah Pesta Pembaptisan Tuhan sampai menjelang Minggu I. Minggu persiapan Struktur tahun liturgi terbagi menjadi dua, yaitu: struktur masa (waktu) liturgi dan struktur bacaan liturgi.

 

1.        Struktur Masa (Waktu) Liturg

Kerangka atau struktur dasar masa atau waktu liturgi dibangun atau disangga oleh dua pilar utama, yaitu lingkaran tahunan dan lingkaran mingguan.

 

  1. Lingkaran Tahunan

Lingkaran tahunan liturgi diawali dengan Hari Minggu Adven 1 yang biasanya jatuh pada akhir November atau awal Desember, berpuncak pada Hari Raya Paskah, dan ditutup dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam yang biasanya jatuh pada akhir November, yaitu merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya-pada akhir zaman. Lingkaran tahunan terdiri dari dua lingkaran Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu:

1)      Lingkaran kelahiran:

 

a.       Masa Adven (empat minggu). Minggu Adven I (selalu jatuh pada akhir November atau awal Desember) merupakan awal tahun baru liturgi. Minggu Adven III merupakan minggu gaudete (sukacita karena Natal makin dekat).

b.      Hari Raya Natal (25 Desember)

c.       Oktaf Natal (25 Desember-31 Desember)

d.      Masa Natal (dua minggu). Masa Natal diakhiri dengan Pesta Pembaptisan Tuhan (Minggu setelah Pesta Penampakan Tuhan/ Epifani yang selalu jatuh tanggal 6 Januari, namun selalu dipindahkan ke hari Minggu yang jatuh antara 2-8 Januari). Lingkaran kelahiran lebih dikenal dengan nama lingkaran Natal atau lingkaran masa khusus Natal.

2)      Lingkaran kebangkitan:

 

a.       Masa Prapaskah (enam minggu, mulai dari Rabu Abu sampai Minggu Palma. Minggu Paskah kelima disebut minggu laterae). Warna liturgi: ungu.

b.      Pekan Suci (mulai dari Minggu Palma sampai Kamis sebelum misa mengenang Perjamuan Tuhan): Warna liturgi: Minggu Palma: merah; Pekan Suci: ungu.

c.       Tri Hari Paskah (Sacrum Triduum Paschale: yang dibuka dengan Kamis Putih, terdiri dari [1] hari 1: Jumat Agung, [2] hari kedua: Sabtu Suci/Sepi yang berpuncak pada malam vigili Paskah, dan [3] hari ketiga: Minggu Paskah. Warna liturgi: Kamis Putih: putih; Jumat Agung: merah; malam vigili Paskah: putih; Minggu Paskah: putih.

d.      Oktaf Paskah: masa delapan hari setelah hari Minggu Paskah, yaitu masa hari raya panjang selama delapan hari, sampai hari Minggu berikutnya. Selama Oktaf Paskah, liturgi sama seperti pada Hari Raya Paskah. Warna liturgi: putih.

e.       Masa Paskah (tujuh minggu, mulai Minggu Paskah dan berakhir pada Hari Raya Pentakosta). Warna liturgi: Masa Paskah: putih; Pentakosta: merah.

 

Lingkaran kebangkitan ini lebih dikenal dengan nama lingkaran Paskah atau lingkaran masa khusus Paskah.

 

b. Lingkaran Mingguan

Misteri Paskah Kristus bukan hanya mengenai kebangkitan yang terjadi pada Paskah Minggu pagi, melainkan juga menyangkut ketiga hari tersuci Tuhan yang menderita, dimakamkan, dan bangkit (catatan Santo Augustinus). Misteri ini diaktualisasikan dalam semua perayaan liturgi dan secara amat istimewa terjadi dalam perayaan Ekaristi hari Minggu (bdk. SC art. 102 dan 106). Hal ini menyebabkan hari Minggu dijadikan "sebagai hari pesta yang pertama dan utama" (lk. NUTLP no. 4). Oleh karena hari Minggu begitu penting, pada Masa Khusus, hari Minggu tidak bisa diganti oleh suatu perayaan lain (bdk. NUTLP no. 5)

c. Lingkaran Masa Biasa

Di antara kedua pilar bangunan tahun liturgi itu, yaitu lingkaran masa khusus (Natal dan Paskah), terdapat lingkaran Masa Biasa. Masa biasa tidak berhubungan dengan segi-segi khusus dalam misteri Kristus (bdk NUTLP no. 43-44). Lama Masa Biasa adalah 33 (atau 34) minggu, yang berpuncak pada hari Minggu. Dalam Masa Biasa ini, Gereja merayakan [1] berbagai hari raya dan pesta Tuhan Yesus Kristus dan [2] berbagai hari raya dan pesta dan peringatan orang-orang kudus. Masa biasa ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1)      Masa Biasa I (Senin sesudah Pembaptisan Tuhan sampai Selasa sebelum Rabu Abu), dan

2)      Masa Biasa II (Senin sesudah Pentakosta sampai Sabtu sebelum Adven I).

Wama liturgi adalah hijau, kecuali pada hari raya, pesta, atau peringatan. Masa Biasa merupakan bagian esensial dan sedemikian penting dalam tahun liturgi. Tanpa Masa Biasa, Tahun Liturgi menjadi "ompong". Minggu Masa Biasa dan masa khusus merupakan satu kesatuan dalam tahun liturgi untuk merayakan seluruh misteri Kristus dan karya keselamatan.

 

2. Struktur Bacaan Tahun Liturgi

Dalam tahun liturgi, Gereja juga telah menentukan pembagian (daftar) bacaan bacaan Kitab yang diwartakan sepanjang tahun dalam perayaan liturgi, dengan maksud agar umat beriman Katolik makin terbantu untuk lebih memahami karya keselamatan yang dirayakannya. Daftar bacaan misa itu terdapat dalam Ordo Lectionum Missae (Daftar Bacaan Misa). Jika dalam tiga tahun berturut-urut, kita selalu menghadiri misa kudus, baik misa harian maupun misa han Minggu atau jika kita rajin membaca Kitab Suct setiap hari berdasarkan kalender liturgi, paling tidak kita sudah pernah mendengarkan atau membaca 87% dari seluruh isi Kitab Suci (sudah termasuk Deutenikanonika) Dalam daftar bacaan misa (Ordo Lectionum Missae), bacaan bacaan Kitab Suc sepanjang tahun liturgi dibagi menjadi (1) bacaan liturgi mingguan thari Minggu) dan (2) bacaan liturgi harian

  1. Lingkaran Bacaan Liturgi Mingguan (Hari Minggu)

Gereja membagi bacaan Kitab Suck, khususnya bacaan liturgi mingguan (bacaan Injil hari Minggu) dalam 3 Lingkaran Bacaan Tahun Liturgi, yaitu:

1)      Injil Matius: dibacakan pada hari Minggu Tahun A.

2)      Injil Markus: dibacakan pada hari Minggu Tahun B.

3)      Injil Lukas dibacakan pada hari Minggu Tahun C

 

Bagaimana dengan Injil Yohanes?

Injil Yohanes mendapat perlakuan khusus. Injil Yohanes dibacakan setiap tahunnya, diselipkan dalam ketiga tahun tersebut pada:

1)      hari-hari Minggu Adven dan selama Paskah;

2)      beberapa minggu pada tahun B, sesuai dengan tema atau misteri yang dirayakan

3)      perayaan-perayaan liturgi sesuai dengan misteri iman yang dirayakan, yaitu pada saat hari-hari raya khusus, baik pesta, hari raya, ataupun yang lainnya.

Cara menentukan bacaan liturgi tahun A, B, C

Rumus untuk menentukan Tahun A, B, dan C adalah sebagai berikut:

Tahun Liturgi (TL)- Tahun Berjalan (TB): 3

 

Hasilnya:

1)      Jika hasil pembagian sisa satu, tahun liturgi yang dimaksud adalah tahun A. Contoh: Tahun: 2014, 2017, 2020, dan seterusnya.

2)      Jika hasil pembagian sisa dua, tahun liturgi yang dimaksud adalah tahun B. Contoh: Tahun 2015, 2018, 2021, dan seterusnya.

3)      Jika hasil pembagian tidak bersisa atau habis dibagi, tahun liturgi yang dimaksud adalah tahun C. Contoh: 2016, 2019, 2022, dan seterusnya. (Angka yang dimaksud dihitung secara manual dengan menggunakan pembagian berekor.)

b. Lingkaran Bacaan Liturgi Harian

Jika Lingkaran tahun A, B, C untuk menentukan bacaan Injil pada misa han Minggu, bacaan misa harian diatur dalam:

1)      Tahun 1: dipakai untuk tahun ganjil, misal: tahun 2013, 2015, dan Jika seterusnya.

2)      Tahun II: dipakai untuk tahun genap, misal: tahun 2014, 2016, dan seterusnya.

 

Hal yang membedakan antara tahun ganjil/I dan tahun genap/II hanyalah seterusnya, bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama, Contoh jika Tahun A, B, dan C digabungkan dengan Tahun I dan Tahun II.

 

 

Tahun 2021

Tahun 2022

Tahun 2023

Tahun 2024

Hari Minggu

Tahun B

Tahun C

Tahun A

Tahun B

HAri Biasa

Tahun I

Tahun II

Tahun I

Tahun II

 

3.             Tingkatan Perayaan Liturgi

Perayaan liturgi dibagi ke dalam empat tingkatan perayaan, yaitu:

a. Hari Raya (Sollemnitas)

Hari raya adalah tingkatan tertinggi, merupakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria, atau para rasul yang merupakan peristiwa utama dalam rencana keselamatan Allah. Ciri-cirinya: selalu ada tiga bacaan khusus (I. II. dan Injil) yang disesuaikan dengan peristiwa yang dirayakan kemuliaan, syahadat, dan doa umat. KHK 1246 telah menetapkan beberapa hari raya sebagai hari raya wajib yaitu umat Katolik wajib mengikuti perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari-hari tersebut. Hari raya wajib tersebut, yaitu:

1)      Hari Minggu, menurut tradisi apostolik adalah hari dirayakannya misteri Paskah, dan merupakan hari raya wajib primordial di seluruh Gereja.

2)      Hari raya yang selalu jatuh pada hari Minggu. Dari semua hari Mingg Minggu Paskah adalah hari raya paling utama (Hari Raya dari segala Hari Raya/Solemnity of solemnities/summa sollemnitas) dalam kehidupan Gereja karena pada hari itu Gereja merayakan kebangkitan Kristus, dan seluruh misteri penebusan manusia direnungkan dengan sangat meriah melebihi hari Minggu dan hari raya lainnya. Hari Minggu dan hari raya lainnya mengarah pada misteri keselamatan Paskah (Minggu Paskah)

3)      Hari raya yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu sebagai hari raya wajib, yaitu:

a)    Hari Raya Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus: 25 Desember;

b)   Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani): 6-8 Januari

c)    Hari Raya Kenaikan Tuhan: Kamis, 40 hari setelah Minggu Paskah;

d)   Hari Raya Hati Kudus Yesus: Jumat setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus:

e)    Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah: 1 Januari:

f)    Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda: 8 Desember,

g)   Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga: 15 Agustus;

h)   h) Hari Raya Santo Yusuf, Suami Maria: 19 Maret;

i)     Hari Raya Rasul Santo Petrus dan Paulus: 29 Juni;

j)     Hari Raya Semua Orang Kudus: 1 November.

 

b. Pesta (Festum)

Pesta merupakan perayaan liturgi pada tingkatan yang kedua setelah hari raya yang ditujukan untuk memperingati hidup Yesus, Maria, para rasul atau orang kudus tertentu (major saints). Ciri-cirinya: ada madah kemuliaan dan dua bacaan khusus (bacaan I dan Injil) yang sesuai dengan pesta tersebut.

 

c. Peringatan (memorial)

Peringatan adalah perayaan orang kudus di bawah tingkatan pesta. Ada peringatan yang wajib dirayakan (Pw= Memoria Obligatoria) dan ada yang opsional/fakultatif, boleh dirayakan boleh tidak (Pfak Memoria ad libitum). Ciri-cirinya: disajikan dua bacaan harian menurut masa liturginya. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/tidak diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/solemnity, pesta, hari Minggu, hari Rabu Abu, Minggu Paskah, atau Oktaf Paskah.

Jika ada dua peringatan yang wajib (obligatory) jatuh atau terjadi pada hari yang sama, kedua peringatan itu menjadi opsional/fakultatif. Peringatan wajib yang jatuh pada hari biasa dalam Masa Prapaskah dirayakan sebagai peringatan fakultatif. (PUPL no. 59, 12)

Biasanya dalam kalender liturgi akan ditambah keterangan: misal: atau dr RUybs yang merupakan singkatan: atau dari Rumus Umum yang bersangkutan, artinya, bacaan dari buku santo-santa yang disediakan dalam rumus khusus santo/santa tersebut. Dalam hal ini, imam dapa memilih sendiri. Apabila imam tidak berpesan khusus, koster dan lektor menyiapkan bacaan harian.

 

d. Hari Biasa (De ea)

Hari biasa merupakan hari-hari dalam Masa Biasa. Ciri-cirinya: bacaan yang digunakan sesuai dengan bacaan harian.

 

4. Penanggalan Liturgi

Daftar bacaan dan tingkat perayaan misa sepanjang tahun di Indonesia teraplikasikan (diterbitkan) dalam kalender liturgi yang diterbitkan setiap tahun oleh Komisi Liturgi KWI, bekerja sama dengan Kanisius.

Contoh Kalender Liturgi (sampul luar)

 

Contoh daftar bacaan dan tingkatan perayaan liturgi yang ada di dalam kalender liturgi:

  1. Bulan Mei 2019

11 Sb Hari Biasa Pekan III Paskah (P), BCE Kis. 9:31-42; Mzm. 116:12-13, 14 15, 16-17; Yoh. 6:60-69.

Artinya/dibaca:

Tanggal 11 Mei hari Sabtu (Sb) adalah hari biasa dalam pekan ke-3 Masa Paskah, warna liturgi putih (P), bacaan Ekaristi (BCE); bacaan I dari Kis 9.31-42: Mazmur Tanggapan (Mzm) dari Mzm. 116:12-13, 14-15, 16-17; bacaan Injil dari Yoh. 6:60-69.

 

  1. Bulan Juni 2019

16 Mg HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS (P), E KemSyah Pretkhus. BCE Ams. 8:22-31; Mzm. 8:4-5, 6-7, 8-9, Rm. 5:1-5; Yoh, 16:12-15. BcO Why. 11:1-19.

Artinya dibaca

Tanggal 16 Juni 2019 hari Minggu (Mg) adalah Hari Raya Tritunggal Mahakudus, warna liturgi putih (P), bacaan Ekaristi (BCE): bacaan 1 dari Ams. 8:22-31; Mazmur Tanggapan (Mzm) dari Mzm. 8:4-5, 6-7, 8-9; bacaan II dari Rom 5:1-5; dan bacaan Injil dari Yoh. 16:12-15.

 

  1. Bulan Juli 2019

11 Km Pw S. Benediktus, Abas (P), BCE Kej. 44:18-21, 23b-29; 45:1-5; Mzm. 105:16-17, 18-19, 20-21; Mat. 10:7-15 atau drRUybs. BcO 1Sam. 25:14-24, 28 29.

Artinya/dibaca:

Tanggal 11 Juli 2019 hari Kamis (Km) adalah peringatan wajib Santo Benediktus, Abas, warna liturgi putih (P), bacaan Ekaristi (BCE): bacaan I dari Kej. 44:18-21, 23b-29; 45:1-5; Mazmur Tanggapan (Mzm) dari Mzm. 105:16-17, 18-19, 20-21; dan bacaan Injil dari Mat. 10:7-15 atau dari Rumus Umum yang bersangkutan (RUybs).

 

Uji Kompetensi

  1. Jelaskan makna dan tujuan tahun/kalender liturgi secara ringkas!
  2. Jelaskan perbedaan antara kalender liturgi dan kalender umum!
  3. Jelaskan secara ringkas sejarah tahun liturgi!
  4. Uraikan pembagian tata waktu liturgi menurut KV II!
  5. Uraikan pembagian tata bacaan liturgi menurut KV II!
  6. Jelaskan teologi tahun liturgi secara ringkas dan jelas!
  7. Uraikan tingkat perayaan tahun liturgi!
  8. Perhatikan pernyataan berikut dan jawablah pertanyaannya!

a.         Masa ini adalah masa-masa istimewa untuk berdoa, bertobat, bermas raga, melakukan karya belas kasihan, dan mempunyai dua ciri khas, yait mengenang atau mempersiapkan pembaptisan dan membina tobat. Tentukan masa tahun liturgi yang sesuai dengan pernyataan!

b.         Pada masa ini imam memakai kasula berwarna ungu, nyanyian kemuliaan ditiadakan, tetapi Alleluya Bait Pengantar Injil tetap dikumandangkan. Tentukan masa tahun liturgi yang sesuai dengan pernyataan! Masa liturgi ini berakhir pada Hari Raya Pembaptisan Tuhan. Tentukan masa tahun liturgi yang sesuai dengan pernyataan!

c.         Pada masa ini terdapat beberapa hari raya penting, antara lain Hari Raya Tritunggal Mahakudus, dan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Tentukan masa tahun liturgi yang sesuai dengan pernyataan!

  1. Perhatikan pernyataan berikut!

a.       Dalam salah satu hari kalender liturgi tahun 2018 pada bulan Agustus dan buku Mazmur Tanggapan hari itu tertulis: (P), E KemSyah. BCE Sir. 10:1-8; Mzm. 101:1a.2ac., 3a.6-7; 1Ptr. 2:13-17; Bait P. Injil: Alleluya; Mat. 22:15-21.

b.      Dalam salah satu hari kalender liturgi tahun 2018 pada bulan Desember dan buku Mazmur Tanggapan hari itu tertulis: (P), E KemSyah BCE Kej. 5:9-15.20; Mzm. 98:1a, 2-3ab, 3bc-4; Ef. 1:3-6, 11-13; Bait P. Injil: Alleluya; Mat. 22:15-21.

Pertanyaan:

a)      Tentukan tingkatan perayaan liturgi sesuai pernyataan-pernyataan tersebut!

b)       Berikan alasan dari jawabanmu!

 

  1. Dalam kalender liturgi, dapat kita lihat/baca bahwa bacaan Injil, khususnya hari Minggu dan hari raya paling tidak ada tiga variasi, yaitu:

a.       Sepanjang tahun tertentu, bacaan Injil hari Minggu selalu diambil secara bergantian dari Injil Matius, Markus, dan Lukas.

b.      Ada juga bacaan Injil pada hari-hari tertentu, baik yang jatuh pada hari Minggu atau di luar hari Minggu dari tahun ke tahun, diambil dari Injil Yohanes atau Injil lainnya (Matius, Markus, Lukas).

c.       Ada pula bacaan Injil hari Minggu dan bacaan Injil harian selama masa tertentu dari tahun ke tahun yang hanya diambil dari Injil Yohanes. Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut, identifikasilah pembagian lingkaran bacaan liturginya!

  1. Bandingkan bacaan Injil hari Minggu Adven I talin 2017, 77718, dan 2019 Apakah perbedaan yang Anda temukan Mengapa ada perbedaan-perbedaan tersebut? Jelaskan!
  2. Perhatikan pernyataan berikut!

a.       Sepanjang tahun liturgi, Gereja menetapkan tanggal 8 Desember, 1 Januari, 25 Maret, dan 15 Agustus sebagai hari raya yang dipersembahkan kepadanya.

b.      Walau ditampilkan hanya dalam Kitab Suci, namun Gereja mengakui dan mengimani peran orang kudus ini dalam sejarah keselamatan sangat besar dan sentral. Gereja menetapkan tanggal 19 Maret sebagai hari raya untuk orang kudus ini.

c.       Gereja mengakui peran kedua orang kudus ini sebagai penanam dan penegak Gereja dengan menumpahkan darahnya. Gereja perdana yang mereka bangun sampai sekarang dijadikan sebagai contoh model, baik dalam pewartaan Injil maupun dalam membangun Gereja sebagai Tubuh Kristus. Untuk itu, Gereja menetapkan tanggal 29 Juni sebagai hari raya bagi keduanya.

Tentukan hari raya yang dipersembahkan bagi orang kudus yang sesuai dengan pernyataan di atas!

  1. Berikan alasan hari Minggu Paskah disebut Hari Raya dari segala Hari Raya (solemnity of solemnities, summa sollemnitas)!

 

Catatan: Tulisan Inidi Kutip dari Buku Guru tentang Liturgi Gereja Katolik: Perayaan Sakramen-Sakramen, Sakramentali, Liturgi harian, dan Sabda untuk Sekolah Menengah Agama Katolik Kelas XII

 

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-7069608752095558"crossorigin="anonymous"></script>

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di atas Jembatan Loeng, Ku lepaskan masa laluku

GEREJA TUA SIMPANG TIGA DAN KAU: Oleh Marianus Teti, S.Pd., M.Th