Di atas Jembatan Loeng, Ku lepaskan masa laluku

Oleh Marianus Teti, S.Pd., M.Th

 

Aku duduk tepat di sisi kanan Essmy. Di atas jembatan Loeng, tatapan Essmy mengalir tenang laksana kali Loeng yang mengalir dengan tenang membelah barisan kerikil dan pasir. Ia menatapku sambil bertanya “Aku tahu, kamu masih memikirkan Dea yang barusan meninggalkanmu. Aku juga tahu mungkin aku hanyalah pelarianmu semata setelah hatimu diremukkan oleh Dea di bawah kaki Gunung Marabukatn.” Essmy memegang tangan kiriku sambil menghela napas usai berkata demikian. Aku menatap ke atas langit seakan langit berada sejengkal dari kepalaku. Aku terdiam dan membisu. Saat itu hanya terdengar suaran desiran air di bawah kolom jembatan Loeng. Aku menundukkan kepala dan berdiri sambil merangkul Essmy untuk berdiri. Aku dan Essmy saling mengadu tatapan. Seakan bibirku telah digembok oleh perkataan Essmy tadi. Akhirnya aku berani buka mulut setelah menghela napas panjang. “Essmy, katamu memang benar. Hatiku barusan diremukkan oleh Dea belum lama ini dibawah kaki gunung Marabukatn namun tidak semua katamu benar. Aku berani mendekatimu bukan karena alasan pelarian atau sekedar mencari Tabib untuk menyembuhkan goresan luka di hatuku. Aku benar mencintaimu.” Setelah aku berkata demikian, Essmy menarik tangannya dari genggamanaku dan berjalan membelakanggiku. Langkahnya pelan dan pendek. Langkahnya terhenti setelah jarak dua meter jauhnya. Itulah perkiraanku. Ia berhenti dan berpaling ke hulu kali Loeng. Di sana ada satu bukit dengan hiasan bambu, pohon karet, pohon sawit, dan semak belukar tentunya. Aku berjalan mendekatinya. Tangan kananku merangkul bahunya hingga ia tersandar di dadaku. Kataku kepada Essmy, “demi membuktikan cintaku dan perkataanku, Aku ingin melepaskan semua masa laluku bersama Dea bersama aliran kali Loeng. Biarlah masa laluku itu mengalir hingga ke mana, kubiarkan dia terus mengalir dan menjauh hingga tertimbun pasir dan lumpur. Akhirnya tak ada lagi cerita tentang masa lalu.” Essmy menyambung perkataanku “Bang, gombalanmu tak mampan untukku. Aku tak semudah itu mempercayai omongan orang. Apalagi laki-laki sepertimu.”

Akupun terus meyakinkan Essmy hingga ia mempercayaiku. Akhirnya kulepaskan semua masa laluku bersama Dea. Taka da lagi tempat di hatiku dan pikiranku untuk Dea. Essmy memeluk sambil berkata. “Terima kasih bang. Aku mencintaimu. Aku berharap cinta kita tidak hanya berada di atas Jembatan Loeng melainkan sampai ke pelaminan dan hingga maut merenggut kamu atau aku dari dunia ini.”

Akupun memeluk mesrah Essmy. Tak terasa pipiku basah. Dari kelopak mataku mengalir teteasan air mata kebahagiaan. “Tuhan, inikah sang Putri yang Kau janjikan?” Kataku dalam hati. Dan di atas jembatan Loeng ini, aku dan Essmy melepaskan semua masa lalu kami dan kami berjanji untuk melupakan semuanya dan memulai hidup baru.

Sekian.

SP3, 25 Juni 2021

 

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-7069608752095558"crossorigin="anonymous"></script>

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LITURGI GEREJA KATOLIK: UNTUK SEKOLAH MENENGAH AGAMA KATOLIK KELAS XII. Oleh: Marianus Teti, S.Pd., M.Th

GEREJA TUA SIMPANG TIGA DAN KAU: Oleh Marianus Teti, S.Pd., M.Th